Selasa, 24 April 2012

Psikopatologi

Postingan kali ini, pingin share materi perkuliahan psikologi umum pertemuan ke-10: Psikopatologi. kurang lebih, beginilah hasil resumenya:

Psikopatologi, pada dasarnya adalah gangguan atau kelainan psikologis. PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa) mendefinisikan psikopatologis dengan perilaku yang mencakup tiga hal di bawah ini:

1.   Atipikal atau tidak biasa.
2.Berbahaya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dan
3.Menyimpang, baik secara hukum maupun budaya.
  jadi, apakah mencuri dan perbuatan kriminal lainnya dapat dikatakan psikopatologi ? Ya, jika melihat definisi secara hukum.

  Berikut adalah indikator seseorang mengalami psikopatologis:
1.   Perkembangannya mengalami regresi (penurunan/kemunduran)
2.  Peilakunya tidak sesuai dengan situasi dan kondisi (disorganized)
3.  Ekstrim secara statistic: jumlahnya sangat sedikit
Jahoda mendefinisikan mental sehat dibagi ke dalam 6 aspek, yaitu:
1.   Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri (penerimaan)
2.  Aktualisasi diri
3.  Resistensi terhadap stress
4.  Autonomi personal
5.  Persepsi realitas akurat
6.  Mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Sebaimana teori lain, teori Jahoda ini mendapat kritikan dan banyak yang harus didiskusikan. Misalkan, resistensi terhadap stress. Terkadang kita membutuhkan stress itu untuk belajar mengatasi sebuah situasi dan dijadikan pengalaman. Bagaimana jika kita tidak pernah mengalami stress sama sekali? Atau contoh aktualisasi diri. Apakah orang yang belum bisa mengaktualisasikan potensinya dapat disebut abnormal atau mengalami psikopatologis? Belum tentu.
Dalam refleksi maupun teori perkuliahan kali ini hanya membahas jenis psikapotologi yang umum, dan tidak membahas secara rinci jenis-jenis abnormalitas karena abnormal atau psikopatologi akan dijelaskan lebih mendalam di peminatan psikologi klinis. Berikut adalah beberapa jenis psikopatologi yang umum.
1.   Neurosa
Bentuk dari neurosa adalah stress dan depresi. Stress terbagi ke dalam beberapa jenis lagi, seperti PTSD (Post-Traumatic-Stress-Disorder), phobia, dan (serangan) panic. secara tidak langsung, stress berhubungan dengan rasa cemas, dan bahkan takut. sedangkan depresi terbagi menjadi gangguan mood, major depression: dysthymic, bipolar (manis-depresif), dan cyclothymic.
2.  Psikotik
Contoh umum dari psikotik adalah Schizophrenia, sebuah kelainan persepsi yang terdistorsi berat. Orang yang mengalami Schizophrenia biasanya mengalami halusinasi dan delusi yang sangat diyakininya. Delusi adalah sebuah keyakinan yang dianggap benar namun sebenarnya sangat salah. Selain itu, orang schizophrenic betah berada dalam posisi yang tidak biasa berjam-jam, tidak bisa mengurus dirinya, serta mengalami gangguan persepsi yang tidak bisa dipercaya atau akurat. Contoh ekstrim schizophrenic adalah penggelandang yang biasa ditemui di jalan-jalan.
Bahan di atas adalah sebagian materi tentang psikopatologi secara umum. Di bawah ini merupakan bahan diskusi dan hasil terkait dengan psikopatologi atau abnormalitas lainnya.
A.  Pre-materi
Kasus: Anorexia.
Pertanyaan: 1). Apa yang menyebabkan seseorang mengalami psikopatologis (anorexia)? 2). Apa yang perlu dilakukan jika melihat gangguan tersebut? 3). Apa yang perlu dipelajari?
1.   Seseorang dapat mengalami anorexia disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Internal disini dapat berupa stress yang ditimbulkan oleh tekanan lingkungan, dan lebih mengarah pada faktor fisiologis, adanya ketidak-seimbangan suatu senyawa kimia di hipotalamus atau mengalami gangguan makan. Selain itu, penderita memiliki suatu ide, pandangan, konsep, nilai yang salah terhadap tubuh kurus. Sedangakan faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan. Lingkungan inilah yang nantinya memberikan kontribusi besar dalam menimbulkan stress. Lingkungan memberikan stimulus berupa konsep bahwa tubuh kurus berarti cantik, misalnya, sehingga si penderita termotivasi menjadi kurus hingga motivasinya itu menjadi ambisi yang tidak terkontrol. Tidak terkontrolnya ambisi tersebut dapat disebabkan oleh rasa kurang puas, atau gengsi tinggi terhadap bentuk tubuh ideal sehingga tidak peduli betapapun kurusnya ia sekarang, ia tetap merasa gemuk.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi, terlepas dari faktor fisiologis. Konsep dalam pikirannya mempengaruhi tingkah laku, pola makan, dll. Sedangkan lingkungan bisa jadi membentuk konsep tersebut.
2.  Sebagai sarjana psikologi, atau psikolog sendiri, mengobservasi klien (penderita) merupakan langkah awal untuk dapat memahami kasus sesungguhnya, setelah itu tentu saja memberikan intervensi yang dapat berupa konseling, psikoterapi untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, agar ia dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya. Selain itu, kita dapat menyarankan agar menemui dokter gizi karena klien juga perlu didampingi oleh ahli gizi.
3.  Untuk merealisasikan hal nomor 2 di atas, kita bisa mendalami ilmu psikologi klinis, modifikasi perilaku, pendekatan psikoterapi, dan mempelajari juga ilmu gizi yang mungkin di dapat sedikit secara umum di mata kuliah faal (fisiologi).

*ada komentar ? ada saran ? makasih perhatian dan masukannya :D*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar